Jumat, September 11, 2009

Aikido: Jalan Keselarasan

Sebagian orang mengartikan aikido sebagai ilmu bela diri yang mengandalkan patahan pergelangan tangan, atau sebagai cara untuk menerima pertentangan tanpa berlawanan, atau teknik menggunakan atau meminjam tenaga lawan. Pengertian-pengertian itu mengandung kebenaran, namun tidak satupun mengandung aspek spiritual. Sedangkan aikido justru menekankan spiritualitas dalam latihannya.

Dalam melakukan gerakan-gerakan aikido, aikidoka memusatkan pikirannya pada tan tien, di dalam perut bagian bawah. Tan tien bukan hanya titik pusat tubuh, melainkan pusat energi spiritual. Sama halnya dengan jantung yang mendistribusikan darah ke seluruh tubuh, tan tien mendistribusikan chi ke seluruh tubuh. Tan tien juga ada di tengah kepala.

Dengan berlatih aikido secara tekun dan berkelanjutan, tan tien bawah dan tan tien atas akan terhubungkan. Kita dapa menyatukan tubuh dengan pikiran sehingga kita dapat memperoleh tenaga spiritual.


Ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan dalam berlatih aikido agar seseorang dapat mencapai maksimal. Ketiga hal ini tentang sikap mental kita. Yang pertama adalah prinsip makoto. Makoto adalah kesempurnaan tertinggi bagi aikidoka, yang artinya jujur kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Sifat ini adalah sumbernya aiki (keselarasan dan keteraturan alam semesta). Agar dapat menetapkan prinsip makoto kita perlu menitikberatkan pikiran kita pada saat ini, bukan kemasa lalu maupun masa depan. Ini bukan berarti masa depan itu tidak penting. Masa depan jelas penting, tetapi titik berat perhatian kita seharusnya bukanlah ke masa depan melainkan ke saat ini, detik ini. Ini berarti kita melihat apapun sebagaimana adanya. Sikap ini hanya dapat berkembang dalam hati tanpa adanya aspek mementingkan diri sendiri (selfishness).

Apabila kita kurang memerhatikan sikap mental yang benar dalam berlatih aikido, kita hanya akan memperoleh kulitnya. Semangat semata tidaklah cukup. Semangat harus ditunjang dengan sikap mental yang tepat. Walaupun demikian, gerak maupun bentuk waza aikido penting dipelajari untuk menggali perasaan yang terkandung di dalamnya.

Aikido adalah sebuah jalan untuk mempelajari diri sendiri sebagai individu dan diri sendiri sebagai masyarakat. Aikido mengajari kita kesaling-tergantungan dari semua benda di alam semesta ini, dan membuat kita sadar akan tujuan hidup kita. Kita belajar untuk mengikis kecenderungan egosentris kita. Kita belajar menyadari betapa tidak bermanfaatnya berkompetisi dengan orang lain. Aikido mengajar kita bagaimana mengatasi pertentangan yang ada dalam kehidupan kita.

Yang kedua adalah prinsip sunao. Seseorang yang mencapai sunao diibaratkan sekuntum bunga mekar di padang pasir: semua orang yang melihatnya menjadi bahagia. Bunga itu menerima sinar matahari sebagaimana apa adanya, tanpa pemaksaan, tanpa upaya apapun; dia memberikan keindahan, madu, dan nektar bahkan dirinya sendiri, tanpa mengharap imbalan. Latihan adalah jalan menuju kemajuan untuk mencapai sunao. Namun, dalam berlatih kita tidak diharapkan terpaku pada kemajuan. Sebaliknya ,lebih baik kita melakukan latihan dengan cara menikmatinya. Latihan tanpa kegembiraan dan kebaikan hati akan menuntun kita ke arah kepribadian yang keras dan tidak menyenangkan. Itu adalah latihan yang salah.

Oleh sebab itu, efektifitas maupun kehalusan teknik aikido kita adalah barometer pemahaman kita tentang aiki (keselarasan alam semesta). Teknik aikido itu lembut, makin kita memahami aikido, makin lembutlah teknik kita.

Prinsip ketiga adalah keiko. Keiko berarti memandang sesuatu secara langsung dan dengan intuisi. Ini tidak dapat kita lakukan kecuali bila kita telah membebaskan dari pikiran yang kompetitif, dan hasrat untuk memanipulasi orang lain. Kita harus berusaha untuk relaks, namun waspada. Ketegangan otot dan pikiran serta keterikatan pada kalah atau menang sebaiknya disingkirkan. Dalam setiap latihan maupun kegiatan sehari-hari kita harus berusaha benar-benar relaks—relaks tubuh maupun pikiran. Namun, kesanggupan untuk tetap relaks dalam ancaman atau tekanan memerlukan ketenangan spiritual, pikiran tanpa ego, serta penyatuan antara tubuh dan roh kita.

Jadi tujuan berlatih aikido bukanlah untuk menguasai teknik mengunci atau membanting lawan, melainkan untuk meningkatkan spiritualitas kita dan mematangkan sisi emosi kita. Dengan hasil-hasil itu kita dapat meningkatkan kemampuan untuk bersikap selaras dengan sekililing kita dalam arti luas, yakni mencakup keluarga, perusahaan, dan masyarakat kita, dan bersikap selaras pula dengan alam.

Dapat disimpulkan bahwa aikido adalah jalan keselarasan: keselasarasan antara pikiran dan tubuh kita, keselasaran antara diri kita dan orang lain, keselarasan antara diri kita dan lingkungan serta alam semesta. Untuk mencapai keselesaran itu aikidoka perlu memerhatikan tiga prinsip yaitu makoto, sunao, dan keiko.

Agar dapat melaksanakan ketiga prinsip itu aikidoka berlatih untuk mengikis egoisme, pikiran kompetitif, serta hasrat memanipulasi orang lain.

Latihan aikido menempa orang untuk mampu bersikap relaks, baik di dojo maupun dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, latihan aikido juga menempa potensi alamiah kita untuk mengembangkan kekuatan spiritual.

Suber: Suhirman, Ph.D. Manfaat Aikido Bagi Pembinaan Spiritual Leadership

1 komentar: